MADIUN – Kota Madiun menunjukkan komitmen kuat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi warganya. Komitmen tersebut terlihat nyata saat berlangsungnya Focus Group Discussion (FGD) evaluasi verifikasi lapangan program Kabupaten/Kota Sehat (KKS) tingkat nasional 2025 di GCIO, Rabu (24/9).
Tim verifikasi pusat yang dipimpin Sofyan Afendi telah melakukan penilaian mendalam terhadap 13 lokasi strategis di Kota Madiun. Meski proses evaluasi belum rampung, Sofyan mengungkapkan kesan positif terhadap kondisi kota. “Dalam dua hari penilaian, kami kesulitan menemukan kelemahan yang signifikan. Kondisi umum sudah sangat baik, hanya perlu sentuhan inovasi tambahan,” jelasnya.
Sofyan menekankan bahwa hasil final akan diumumkan setelah pleno pada Oktober mendatang, setelah seluruh tahapan pemantauan di berbagai daerah selesai dilakukan.

Merespons evaluasi tersebut, Wali Kota Madiun Dr. Maidi menyatakan keterbukaan penuh untuk terus berbenah. “Kami siap menerima masukan dan kritik. Jika ada kota lain yang memiliki praktik terbaik dalam bidang kesehatan, kami siap belajar,” tegas Maidi.
Sebagai wujud komitmen, Maidi mengumumkan kebijakan baru bahwa mulai 2026, kawasan Public Service Center (PSC) akan ditetapkan sebagai area bebas rokok, meski tetap menyediakan ruang khusus merokok untuk menjaga kenyamanan semua pihak.
Kota Madiun kini tengah berjuang meraih predikat Swasti Saba Wistara, penghargaan tertinggi untuk kategori Kota Sehat di Indonesia.Di tengah gempuran kuliner modern, sebuah UMKM di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, tetap teguh mempertahankan tradisi. Wahyu Tumurun, usaha kuliner yang telah berdiri selama 29 tahun, menjadi contoh nyata bagaimana dedikasi dan konsistensi dapat mempertahankan eksistensi bisnis tradisional.
Danuk Sri Arini (70), pemilik sekaligus pengolah utama Wahyu Tumurun, memulai usahanya dari nol di Jalan Timbangan pada tahun 1995. Kini, di usia yang tidak lagi muda, Ibu Danu masih aktif mengelola setiap aspek produksi madumongso dan sambel pecel andalannya.
“Saya mulai dari modal kecil dan niat besar. Alhamdulillah, sekarang sudah dikenal sampai luar kota,” kenang Ibu Danu dengan rasa syukur.
Keunggulan Wahyu Tumurun terletak pada konsistensi kualitas dan mempertahankan cita rasa otentik. Dalam sehari, Ibu Danu dapat mengolah 10-15 kg ketan hitam menjadi madumongso dengan proses yang tidak pernah berubah sejak awal usaha dimulai.
Proses produksi yang memakan waktu 2-3 hari untuk fermentasi ketan hitam menunjukkan komitmen terhadap kualitas. “Tidak ada yang instan di sini. Semua harus melalui proses yang benar agar rasanya tetap sama seperti dulu,” tegas Ibu Danu.
Saat ini, Wahyu Tumurun tidak hanya melayani konsumen lokal, tetapi juga menjadi tujuan wisata kuliner bagi pengunjung dari luar kota. Produknya sering dijadikan oleh-oleh khas Madiun, membuktikan bahwa UMKM tradisional masih memiliki daya saing di era modern.
Sebagai salah satu UMKM tertua di Kota Madiun, Wahyu Tumurun menjadi inspirasi bahwa usaha kecil dengan fondasi kuat dapat bertahan dan berkembang lintas generasi.
